Resensi Novel Assassin's Creed: The Secret Crusade


Judul           : Assassin's Creed: The Secret Crusade
 Penulis        : Oliver Bowden
 Penerbit       : Ufuk Fiction
 Terbit           : 2011 (Versi asli)
                       Cetakan I, Juni 2012 (Versi bahasa Indonesia)
 Tebal           : 511 halaman
 
Niccolò Polo, ayah Marco Polo, akhirnya akan mengungkap kisah yang telah dirahasiakannya seumur hidup—kisah tentang Altaïr, salah seorang Assassin paling luar biasa di Persaudaraan.
Altaïr berangkat melaksanakan misi yang menggetarkan—misi yang membawanya ke seantero Tanah Suci dan menunjukkan makna sejati Kredo Assassin kepadanya. Untuk membuktikan komitmennya, Altaïr harus membunuh sembilan musuh mematikan, termasuk pemimpin Templar, Robert de Sable.
Cerita hidup Altaïr dikisahkan untuk kali pertama di sini. Perjalanan yang akan mengubah arus sejarah, kehidupan keluarga yang tragis sekaligus mengejutkan, dan pengkhianatan seorang kawan lama.
 Sinopsis


Altair menerima misi untuk merebut pusaka yang berada di tangan templar, musuh para assassin. Pusaka itu berada di Yerusalem. Ia ditemani oleh Malik dan adiknya, Kadar. Namun, karena kecerobohan dan keangkuhannya, ia gagal menyelesaikannya. Altair melihat Malik dan Kadar tewas karena kecerobohan Altair, yaitu secara terang-terangan menantang Robert de Sable, Grand Master Templar saat itu.

Altair kembali dengan luka lahir dan batin. Ia menceritakan semua kejadian di Yerusalem kepada Al Mualim, pemimpin para Assassins, termasuk tewasnya Malik dan Kadar. Tetapi, saat ia menceritakan kejadian tersebut, Malik kembali dengan satu tangan membawa pusaka tersebut. Dan Malik menceritakan bahwa Altair ceroboh. Membuat ia kehilangan Adiknya dan tangannya.

Al Mualim marah. Sebagai hukuman, ia memberi Altair sembilan nama untuk dibunuh. Altair harus menjalankannya sebagai Assassin pemula. Ia harus mencari informasi Sendiri. Di antara sembilan nama itu terdapat Robert de Sable.

Altair menjalankannya sesuai permintaan Al Mualim. Altair mengetahui bahwa ternyata ada sebuah hubungan antara orang-orang itu. Altair menanyakannya kepada Al Mualim. Al Mualim menjawab bahwa mereka adalah para Templar. Namun, masih ada yang belum terjawab bagi Altair.

Altair akhirnya mencapai akhir dari misinya. Yaitu untuk membunuh Robert de Sable. Altair mendengar bahwa ia sedang berada di Yerusalem untuk menghadiri sebuah acara pemakaman. Namun, itu sebuah jebakan. Altair hanya menemui seorang wanita yang menyamar sebagai Robert.

Setelah itu, ia mendapat informasi bahwa Robert yang "asli" berada di Arsuf. Altair langsung menuju ke sana dan berhasil membunuhnya. Namun Robert berkata bahwa bukan sembilan yang menjadi perwira templar. Melainkan sepuluh. Saat Altair bertanya siapa orang terakhir tersebut, Robert menjawab bahwa ia adalah Al Mualim.

Setelah Robert menghembuskan napas terakhirnya, Altair langsung berangkat menuju Masyaf. Benar saja, terjadi keanehan di sana. Masyaf seperti dikendalikan oleh sebuah kekuatan. Para penduduknya tidak ramah seperti biasanya. Mereka bersifat kaku.

Ia bertemu dengan Malik. Untung saja Malik belum dikendalikan. Dan Malik telah mengampuni kesalahan Altair pada waktu itu. Lalu, Altair menuju ke benteng untuk menemui Al Mualim. Altair menemukan Al Mualim menggenggam sebuah bola yang bersinar. Apel Eden. Itu adalah pusaka yang didapatkan dari Yerusalem. Al Mualim menggunakannya untuk mengendalikan Masyaf.

Terpaksa Altair membunuh Al Mualim. Al Mualim adalah seorang penghianat. Ia menghianati Ordo Assassin.

Altair pun menjadi pemimpin para Assassin, menggantikan Al Mualim. Tidak lama kemudian Altair pergi menuju Siprus, yang diketahui menjadi sarang Templar setelah Robert mati. Altair ingin mengahncurkan Templar sampai ke akar-akarnya.

Altair berhasil menyelesaikan misinya. Namun, di sana ia bertemu dengan wanita yang waktu itu menyamar menjadi Robert de Sable. Namanya Maria. Awalnya ia adalah seorang Templar. Tapi, setelah bertemu Altair, ia menghianati Templar dan beralih menjadi Assassin mengikuti Altair. Tidak lama kemudian mereka pun menikah.

Setelah menikah, Mereka kembali ke Masyaf. Tidak lama setelah itu ia pergi kembali untuk melakukan penjelajahan ke timur dan menyebarkan ajaran Assassin selama sepuluh tahun. Malik ditugasi sementara untuk menggantikannya sebagai Mentor para Assasin. Altair dan Maria memiliki dua anak. Yaitu Darim dan Sef. Darim ikut bersama Altair, sementara Sef tinggal di Masyaf.

Sepulangnya, Masyaf benar-benar berubah. Tidak ada Malik dan Sef. Dan Abbas, musuh bebuyutan Altair yang memimpin Masyaf.

Sef telah dibunuh. Malik difitnah sebagai pembunuhnya. Malik pun dipenjara.

Altair tidak tinggal diam. Ia berhadapan langsung dengan Abbas dengan ditemani oleh Maria. Maria terbunuh pada saat itu terkena efek apel eden yang dikeluarkan Altair saat Abbas memintanya. Altair pun pergi dari Masyaf.

Setelah dua puluh tahun, Altair kembali dengan tubuh yang tua dan rapuh. Ia kembali ke Masyaf untuk menembalikan kejayaanya yang telah direbut oleh Abbas. Altair pun berhasil dengan cara membunuh Abbas dengan sebuah tembakan hidden pistol yang belum ada pada saat itu. Ia merancangnya dengan Apel Eden yang ia miliki. Dan Altair pun memimpin Masyaf.

Ia merasa bahwa kekuatan Apel Eden ini harus disembunyikan. Ia menguncinya. Dan kunci itu disembunyikan di Konstantinopel. Terdapat lima kunci dan masing-masing kunci membawa pesan yang akan disampaikan kepada seseoarang. Konon, namanya adalah Ezio.

Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan
Diceritakan secara lugas, detail, dan historis. Termasuk detailnya saat sebuah bilah pisau merobek leher korbannya. Selain itu,  ceritanya sendiri yang sangat menarik membuat kita akan ingin terus membalik setiap halamannya untuk mengetahui akhir kisah ini.

Kekurangan
Mungkin karena ini adalah versi terjemahan, mungkin ada beberapa istilah yang kurang cocok. Selain itu, saya juga menemui beberapa typo (kesalahan pengetikan). Namun karena tidak terlalu banyak (<0 akan="" cerita="" isi="" keseluruhan.="" memengaruhi="" nbsp="" p="" secara="" tidak="">

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Surat Kecil Untuk Tuhan

Resensi Novel Assassin's Creed: Renaissance

Resensi Novel Bunga Cantik di Balik Salju